Powered By Blogger

Selasa, 04 Juni 2013

04/06/2013 08:57:48
Surabaya Sabet Peringkat 10 Terbaik Nasional Nilai UNAS SMP
Kota Surabaya patut berbangga. Pasalnya, kota pahlawan menempati ranking 10 terbaik nasional Ujian Nasional tingkat SMP sederajat dengan nilai rata-rata 8,97.

Pengunguman hasil ujian nasional tingkat SMP Sederajat Jawa Timur dibacakan langsung oleh Kadikbud Jatim Dr. Harun, M.Si. Tiga siswa SMPN 1 Surabaya juga sebagai peraih nilai unas murni terbaik se Surabaya. Mereka adalah Jannatin Nisa\' Arnindita yang menempati peringkat pertama dengan nilai 39,15. Kemudian Sindy Caesar Rusnanda Himatul Haliza di posisi delapan dengan nilai rata-rata  38,90. Serta Muhammad Adhi Raihanto di posisi 10 dengan nilai 38,90.

Sementara posisi tujuh lainnya dibagi rata SMP Kristen Petra 1, SMP Kristen Petra 5, SMPN 6, 26, 22 dan SMP Katolik Santa Clara. Kepala Bidang SD/SMP Dinas Pendidikan Surabaya Eko Prasetyaningsih menjelaskan,  sebenarnya di posisi satu hingga 3 yakni Jannatin Nisa, Natasha Adirata (SMPK Petra 1) dan Clairine Nathania (SMPK Petra 5) memiliki nilai sama yakni 39,15.

Lebih lanjut, Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan, M.Si mengaku bangga dengan prestasi anak didiknya. Pasalnya, selain salah satu sekolahnya menduduki 10 besar nasional, Surabaya juga meraih peringkat delapan se Jatim. Ini jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya berada di posisi belasan. Keberhasilan tersebut berkat kerja keras dari seluruh pihak baik siswa, guru, kepala sekolah, dan dinas itu sendiri. 

Senin, 11 Februari 2013

          CARA DAN METODE PELASTARIAN HUTAN

  Sumber masalah kerusakan lingkungan terjadi sebagai akibat dilampauinya daya dukung lingkungan, yaitu tekanan penduduk terhadap lahan yang berlebihan. Kerusakan klingkungan hanyalah akibat atau gejala saja , karena itu penanggulangan kerusakan lingkungan itu sendiri hanyalah merupakan penanggulangan yang sistematis, yaitu penanggulangannya harus dilakukan lebih mendasar yang berarti menanggulangi penyebab dari kerusakan lingkungan. Karena itu sebab keruskan lingkungan yang berupa tekanan penduduk terhadap sumber daya alam yang berlebih harus ditangani.
 http://www.hijauku.com/wp-content/uploads/2012/03/Kopassus-dan-BEM-UI-Lakukan-Reboisasi-.jpg

          Usaha, cara, dan metode pelestarian hutan dapat dilakukan dengan mencegah perladangan berpindah yang tidak menggunakan kaidah pelestarian hutan , waspada dan hati- hati terhadap api dan reboisasi lahan gundul serta tebang pilih tanam kembali (Organisasi Komunitas dan Perpustakaan Online Indonesia, 2006).

          Perladangan berpindah sering dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di pedesaan. Pengaruhnya terhadap pelestarian hutan tidak akan besar karena mereka dalam melakukan kegiatan pada lahan yang tidak terlalu luas. Cara yang mereka gunakan biasanya masih tradisional dan usaha taninya bersifat subsisten dan mereka tidak menetap . Namun untuk perladangan yang luas perlu dilakukan usaha tani yang memenuhi kaidah-kaidah pelestarian hutan dan harus ada pencagahan perladangan berpindah.

          Seringnya terjadi pembakaran hutan pada lahan-lahan perkebunan yang besar memberikan dampak yang buruk pada hutan disekitarnya. Oleh sebab itu perlu dihindari pembukaan lahan baru dengan cara pembakaran hutan. Kebakaran hutan juga dapat terjadi bila tidak hati-hati terhadap api, membuang sisa rokok yang tidak pada tempatnya akan dapat menjadi sumber api, embakar sampah atau sisa tanaman yang ada di ladang tanpa pengawasan dan penjagaan juga dapat menjadi sumber kebakaran.

Biaya yang dikeluarkan untuk reboisasi dan penghijauan sudah sangat besar namun hasilnya tidak menggembirakan , banyak pohon yang ditanam untuk penghijauan dan reboisasi dimatikan lagi oleh penduduk karena perpindahan ladang dan pembukaan lahan baru, untuk itu salah satu cara yang dapat dilakukan untuk reboisasi adalah dengan sistem tumpang sari, dalam sistem ini peladang diperbolehkan menanam tanaman pangan diantara larikan pohon dengan perjanjian petani memelihara pohon hutan yang ditanam dan setelah kira-kira lima tahun waktu pohon sudah besar petani harus pindah, namun dalam kenyataan petani banyak tidak memelihara pohon atau bahkan mematikan pohon tersebut karena dianggap mengganggu tanaman usaha taninya sehingga tidak jarang mereka menetap di tempat tersebut.

          Kegagalan penghijauan dan reboisasi dapat dimengerti, karena penghijauan dan reboisasi itu pada hakikatnya menurunkan daya dukung lingkungan. Dalam hal  penghijauan, pohon ditanam dalam lahan petani yang digarap, pohon itu mengambil ruas tertentu sehingga jumlah luas lahan yang tersedia untuk tanaman petani berkurang. Lagipula pohon itu akan menaungi tanaman pertanian dan akan mengurangi hasil. Oleh sebab itu, petani akan mematikan pohon atau memangkas pohon tersebut untuk mengurangi naungan dan mendapatkan kayu bakar.

          Reboisasi mempunyai efek yang serupa seperti penghijauan yaitu, mengurangi luas lahan yang dapat ditanami oleh petani dan pengurangan produksi oleh naungan pohon. Jadi jelas dari segi ekologi manusia penghijauan dan reboisasi sukar untuk berhasil selama usaha itu mempunyai efek menurunkan daya dukung lingkungan dan menghilangkan atau mengurangi sumber pencaharian penduduk.